Sunday, September 24, 2017

KIPER NASIONAL PILIHAN-KOE
Maulwi Saelan merupakan anak Amin Saelan, tokoh nasional di Makassar dan pendiri Taman Siswa di kota itu. Dia bergabung dengan tim nasional sepak bola Indonesia era 1954-1958 dan berkontribusi besar dalam keberhasilan Indonesia menembus empat besar Asian Games 1954 dan meraih medali perungggu di Asian Games 1958.
Yus Etek adalah seorang pemain sepak bola Indonesia yang pernah bermain untuk klub sepak bola PSP Padang dan Persib Bandung sebagai penjaga gawang pada akhir era 50-an dan era 60-an. Ia juga dipercaya sebagai penjaga gawang pada tim nasional Indonesia (PSSI).
Ronny Pasla (lahir di Medan15 April 1947; umur 70 tahun) adalah mantan kiper Indonesia yang berkiprah sekitar tahun 1960’an – awal 1970. Ejaan namanya sering juga ditulis sebagai Ronny Paslah.
Yudo Hadianto (lahir di SoloJawa Tengah19 September 1941; umur 76 tahun) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia  era 1960-an dan 1970-an. Pada masanya ia sempat diakui sebagi kiper terbaik Asia. Selain itu ia pernah kuliah di Fakultas Ekonomi UI periode 1960-1963 tetapi tidak selesai.
Hermansyah. Sosoknya dikenal sebagai salah satu kiper terbaik yang pernah dimiliki Indonesia sepanjang masa. Ia pun berjasa menghadirkan kebanggaan bagi timnas di tahun 83-90.
Eddy Harto (lahir di MedanSumatera Utara16 Juni 1962; umur 55 tahun) adalah pemain sepak bola Indonesia yang berposisi sebagai penjaga gawang. Ia pernah dimainkan sebagai penjaga gawang di tim nasional Indonesia pada SEA Games 1991 Manila ketika tim nasional ditangani oleh Anatoly Polosin yang pada saat itu meraih juara[1]. Ia juga pernah bermain pada Piala Presiden Korea Selatan dan Merdeka Games di Kuala Lumpur. Di semi final dan final, Eddy Harto tampil sebagai pahlawan lantaran kedua laga ini berlangsung hingga babak adu penalti. Tim nasional Indonesia akhirnya mengkandaskan Singapura 4-2 berkat Eddy Harto yang menggagalkan dua penendang penalti Singapura. Di final yang dihelat di stadion Rizal Memorial, Indonesia mengalahkan Thailand 4-3 melalui adu penalti dan Eddy Harto menggagalkan dua penalti lawan.
Ponirin Meka merupakan kiper utama timnas Indonesia dalam gelaran SEA Games 1987 tersebut. Kiper yang besar bersama PSMS Medan ini bukan kiper sembarangan. Sebelum menjadi andalan timnas, kehebatan Ponirin dalam menjaga gawang PSMS Medan pernah membuatnya dibenci oleh publik Jawa Barat, terutama penggemar Persib. Bagaimana tidak, kemampuannya dalam menghadapi "regu tembak" dalam drama adu penalti membuat PSMS Medan dua kali mengalahkan Persib pada final Perserikatan, tahun 1983 dan 1985. Bahkan pada final tahun 1985, Ponirin berhasil menggagalkan tendangan tiga algojo Persib: Giantoro, Walter Sulu, dan Adjat Sudrajad.
Kurnia Sandy  bermain bersama timnas di ajang Piala Asia 1996. Juga bermain bersama timnas di ajang Piala Tiger 1996 dan 1998, dan Sea Games 1997. Sayang, pada Piala Tiger 1996 dan 1998 Indonesia gagal di babak semifinal, dan pada Sea Games 1997 Indonesia harus puas mendapatkan medali perak setelah dalam partai final kalah adu penalti dari Thailand. Secara keseluruhan Kurnia Sandy bermain sebanyak 24 kali bersama timnas.
Hendro Kartiko. Salah satu penampilan terbaik Hendro bersama timnas terjadi dalam gelaran Piala Asia 2000. Saat itu Indonesia memang gagal melewati babak penyisihan grup. Namun penampilan apik Hendro Kartiko sepanjang turnamen membuatnya menjadi salah satu kiper terbaik Piala Asia 2000. Bersama kiper Tiongkok, Hendro masuk tim All-Star Piala AFC 2000. Selain itu, penampilan apik Hendro juga membuatnya mendapatkan julukan ‘Fabian Brathez dari Indonesia’.
Markus Horison pertama kali mencuat ketika membela PSMS Medan. Bersama tim ini, prestasi terhebatnya adalah ketika berhasil melaju ke partai final Liga Indonesia 2007-2008 meskipun harus kalah dari Sriwijaya FC.
Ferry Rotinsulu sebagai penjaga gawang sejatinya tak perlu diragukan. Ia memiliki ketenangan dan keberanian dalam mengawal gawang. Selain itu, Ferry dikenal sebagai spesialis penjegal penalti sehingga ia dijuluki ‘si laba-laba’. Julukan itu pertama kali muncul ketika ia berhasil menahan beberapa tendangan penalti pemain Persipura pada final Copa Indonesia 2007 yang berhasil dimenangi Sriwijaya FC.
Kurnia Meiga merupakan kiper utama timnas pada beberapa turnamen terakhir. Hal itu tak mengejutkan, sebab ia memiliki berbagai atribut yang membuatnya layak menempati posisi tersebut, seperti postur ideal, keberanian berduel dengan lawan, hingga kemampuannya dalam memberi komando kepada rekan-rekannya. Meiga berhasil dua kali membawa timnas U-23 ke babak final SEA Games, 2011 dan 2013 (Meiga menjadi kapten pada SEA Games 2013). Sayang, dalam dua kali kesempatan tersebut Indonesia harus kalah. Terakhir, ia juga membawa Indonesia secara mengejutkan lolos hingga final Piala AFF 2016. (courtesy of; fourfourtwo.com ; Wikipedia ; dll).