Maulwi Saelan merupakan anak Amin Saelan, tokoh nasional di Makassar dan pendiri Taman Siswa di kota itu. Dia bergabung dengan tim nasional sepak bola Indonesia era 1954-1958 dan berkontribusi besar dalam keberhasilan Indonesia menembus empat besar Asian Games 1954 dan meraih medali perungggu di Asian Games 1958.
Yus Etek adalah seorang pemain sepak bola Indonesia yang pernah
bermain untuk klub sepak bola PSP Padang dan Persib Bandung sebagai penjaga gawang pada akhir
era 50-an dan era 60-an. Ia juga dipercaya sebagai penjaga gawang pada tim
nasional Indonesia (PSSI).
Ronny Pasla (lahir di Medan, 15 April 1947; umur 70 tahun) adalah mantan kiper Indonesia yang berkiprah
sekitar tahun 1960’an – awal 1970. Ejaan namanya sering juga ditulis
sebagai Ronny Paslah.
Yudo Hadianto (lahir di Solo, Jawa Tengah, 19 September 1941; umur 76 tahun) adalah salah satu pemain sepak bola
legendaris Indonesia era 1960-an dan 1970-an. Pada masanya ia
sempat diakui sebagi kiper terbaik Asia. Selain itu ia
pernah kuliah di Fakultas Ekonomi UI periode
1960-1963 tetapi tidak selesai.
Hermansyah. Sosoknya dikenal
sebagai salah satu kiper terbaik yang pernah dimiliki Indonesia sepanjang masa.
Ia pun berjasa menghadirkan kebanggaan bagi timnas di tahun 83-90.
Eddy
Harto (lahir
di Medan, Sumatera
Utara, 16
Juni 1962; umur 55 tahun)
adalah pemain sepak bola Indonesia yang berposisi sebagai penjaga gawang. Ia
pernah dimainkan sebagai penjaga gawang di tim nasional Indonesia pada SEA
Games 1991 Manila ketika tim
nasional ditangani oleh Anatoly Polosin yang pada saat
itu meraih juara[1]. Ia juga pernah bermain pada
Piala Presiden Korea Selatan dan Merdeka Games di Kuala
Lumpur.
Di semi final dan final, Eddy Harto tampil sebagai pahlawan lantaran kedua laga
ini berlangsung hingga babak adu penalti. Tim nasional Indonesia akhirnya
mengkandaskan Singapura 4-2
berkat Eddy Harto yang menggagalkan dua penendang penalti Singapura. Di final
yang dihelat di stadion Rizal Memorial, Indonesia mengalahkan Thailand 4-3 melalui adu
penalti dan Eddy Harto menggagalkan dua penalti lawan.
Ponirin Meka merupakan kiper
utama timnas Indonesia dalam gelaran SEA Games 1987 tersebut. Kiper yang besar
bersama PSMS Medan ini bukan kiper sembarangan. Sebelum menjadi andalan timnas,
kehebatan Ponirin dalam menjaga gawang PSMS Medan pernah membuatnya dibenci
oleh publik Jawa Barat, terutama penggemar Persib. Bagaimana tidak,
kemampuannya dalam menghadapi "regu tembak" dalam drama adu penalti
membuat PSMS Medan dua kali mengalahkan Persib pada final Perserikatan, tahun
1983 dan 1985. Bahkan pada final tahun 1985, Ponirin berhasil menggagalkan
tendangan tiga algojo Persib: Giantoro, Walter Sulu, dan Adjat Sudrajad.
Kurnia Sandy bermain bersama timnas di ajang Piala Asia
1996. Juga bermain bersama timnas di ajang Piala Tiger 1996 dan 1998, dan Sea
Games 1997. Sayang, pada Piala Tiger 1996 dan 1998 Indonesia gagal di babak
semifinal, dan pada Sea Games 1997 Indonesia harus puas mendapatkan medali
perak setelah dalam partai final kalah adu penalti dari Thailand. Secara
keseluruhan Kurnia Sandy bermain sebanyak 24 kali bersama timnas.
Hendro Kartiko. Salah satu
penampilan terbaik Hendro bersama timnas terjadi dalam gelaran Piala Asia 2000.
Saat itu Indonesia memang gagal melewati babak penyisihan grup. Namun
penampilan apik Hendro Kartiko sepanjang turnamen membuatnya menjadi salah satu
kiper terbaik Piala Asia 2000. Bersama kiper Tiongkok, Hendro masuk tim All-Star Piala AFC 2000.
Selain itu, penampilan apik Hendro juga membuatnya mendapatkan julukan ‘Fabian
Brathez dari Indonesia’.
Markus Horison pertama kali mencuat
ketika membela PSMS Medan. Bersama tim ini, prestasi terhebatnya adalah ketika
berhasil melaju ke partai final Liga Indonesia 2007-2008 meskipun harus kalah
dari Sriwijaya FC.
Ferry Rotinsulu sebagai penjaga
gawang sejatinya tak perlu diragukan. Ia memiliki ketenangan dan keberanian
dalam mengawal gawang. Selain itu, Ferry dikenal sebagai spesialis penjegal penalti
sehingga ia dijuluki ‘si laba-laba’. Julukan itu pertama kali muncul ketika ia
berhasil menahan beberapa tendangan penalti pemain Persipura pada final Copa
Indonesia 2007 yang berhasil dimenangi Sriwijaya FC.
Kurnia Meiga merupakan kiper
utama timnas pada beberapa turnamen terakhir. Hal itu tak mengejutkan, sebab ia
memiliki berbagai atribut yang membuatnya layak menempati posisi tersebut,
seperti postur ideal, keberanian berduel dengan lawan, hingga kemampuannya
dalam memberi komando kepada rekan-rekannya. Meiga berhasil dua kali membawa
timnas U-23 ke babak final SEA Games, 2011 dan 2013 (Meiga menjadi kapten pada
SEA Games 2013). Sayang, dalam dua kali kesempatan tersebut Indonesia harus
kalah. Terakhir, ia juga membawa Indonesia secara mengejutkan lolos hingga
final Piala AFF 2016.
(courtesy of; fourfourtwo.com ; Wikipedia ; dll).