Wednesday, August 11, 2010

PHASEOLUS VULGARIS PSYCHOLOGICAL TRAUMATA SYNDROMA

Pegawai /Pensiunan TELKOM yang pernah mengikuti Kursus Pembinaan Mental (Bintal), menurut sumber kira-kira, reka-reka, dan tak patut dipercaya, menderita penyakit PHASEOLUS VULGARIS PSYCHOLOGICAL TRAUMATA. Penyakit apa pula itu?

Sindrom ini terjadi akibat pengalaman yang melekat di dalam pikiran secara menahun dan akut. Mungkin pengalaman (sedikit pahit dan menjengkelkan) pernah dialami dalam kurun waktu cukup lama dan berulang-ulang.

Jika melihat track record lulusan PMTNT 1973-1975 rata- rata mereka pernah mengikuti Susbintal. Kebanyakan di Pusat Pendidikan Perhubungan (Pusdikhub) TNI-AD di Kota Cimahi, Jawa Barat.

Pengalaman mereka, ada yang satu kali, ada yang dua kali, bahkan tiga kali ‘masuk’ Bintal di lembaga ketentaraan ini. Lama Susbintal per-Angkatan sekitar satu bulan. Namun satu bulan di Pusdikhub itu sama dengan satu bulannya di planet Jupiter! Panjaang…. dan luamaaa……. Sekalee!

Bangun jam 04.00 dalam udara dingin dan masih gelap harus terus beraktifitas olahraga. Senam dan lari menjadi santapan ‘jatah’ setiap siswa. Mandi, walaupun dilakukan massal, tetap harus antri. Sarapan pagi harus dilakukan bersama, setelah semua berpakaian ‘dinas PDL’ yang rapi. Kuantitas porsi terbatas, begitu juga kualitasnya. Maklum masakan masal. Hanya lapar dan ‘have no choice’ saja yang membuat semua lahap menyantap hidangan.

Yang paling setia menemani para siswa adalah seorang Perwira Dapur keturunan Indo-Belanda. Dia adalah Kapitein Boontjes. Terutama pada saat makan siang.”Rasa-rasanya tidak pernah dia tidak hadir,”ujar seorang siswa.

Kapitein Boontjes selalu mengenakan seragam hijau. Dia cukup tinggi, cukup padat dan kekar dibandingkan dengan sebangsanya. Cuma sayang aroma farfumnya tidak begitu disukai banyak para siswa. Padahal, ujar ahlinya, dia itu banyak manfaatnya. “Itu sebabnya dia banyak hadir mendampingi kalian para siswa di hampir setiap kesempatan makan,” katanya meyakinkan. Disamping itu, murah pula honornya, serta tidak sulit mencarinya.

Kembali kepada masalah penyakit tadi ternyata survey membuktikan bahwa keterkaitan keberadaan Sang Kapitein dengan penyakit PHASEOLUS VULGARIS PSYCHOLOGICAL TRAUMATA sangatlah signifikan. Angka korelasi (r) mendekati satu!

Oh ya lupa, tadi saya janji akan menjelaskan apa itu penyakit PHASEOLUS VULGARIS PSYCHOLOGICAL TRAUMATA. Dalam bahasa Poliklinik Telkom biasa disebut sindrom sayur buncis. Seseorang menjadi tidak suka, bahkan benci, terhadap sayur buncis. Itu akibat trauma pengalaman menyaksikan topi lapangan temannya yang berwarna dril keputih-putihan (terkontaminasi ekstrak keringat baris berbaris), jatuh ke dalam panci raksasa (sebesar setengah drum) tempat sayur buncis disiapkan. Sayur itu, padahal, untuk makan siang bersama.

Tapi, bagaimanapun, kata WilkiPedia : “Buncis (dari bahasa Belanda, boontjes, Phaseolus vulgaris L.) merupakan sejenis polong-polongan yang dapat dimakan. Buah, biji, dan daunnya dimanfaatkan orang sebagai sayuran. Sayuran ini kaya dengan kandungan protein. Ia dipercaya berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Buncis adalah sayur yang kaya dengan protein dan vitamin ini membantu menurunkan tekanan darah serta mengawal metabolisme gula dalam darah dan amat sesuai dimakan oleh mereka yang mengidap penyakit diabetes atau hipertensi. Kandungan serat dan enzim yang tinggi dapat membantu penurunan berat badan.”

Oleh sebab itu, marilah, wahai para mantan Susbintal, belajarlah menghilangkan penyakit PHASEOLUS VULGARIS PSYCHOLOGICAL TRAUMATA SYNDROMA dengan cara mencintai Kapitein Boontjes. Masaklah sayur buncis atau boontjes dengan cara yang benar. Artinya tidak usah dicampur topi yang berkeringat. Cukup dengan garam dapur saja. Dan, tentu saja, jangan ditambah dengan jamur (panu)!

---


No comments: