
Yunani sering disebut sebagai negeri yang dihuni para dewa. Yunani kuno senantiasa menjadi pusat perhatian dunia karena kemajuan peradabannya. Hal-hal yang berkaitan dengan agama, filsafat, ilmu, peperangan dan olahraga berkembang dengan subur yang berawal dari kegelisahan terhadap hakikat hidup..
Adalah dua negara ‘polis’ di Yunani. Namanya Sparta dan Athena.
Dengan otoriterisme yang dijalankan
Akan halnya Athena, dengan para pemikir yang jenius seperti Socrates, Plato, dan Aristoteles, berjaya mengukir dunia mengantarkan ilmu pengetahuan ke tempat yang lebih tinggi dan berkembang dengan pesat.
Jauh dari Yunani kuno, di desaku yang jauh dari keramaian
Sebaliknya Sumurbandung menempati daerah datar yang ada di sisi Utara timur alun-alun. Kampungnya padat, didapati banyak warung dan toko tempat perniagaan. Pengusaha angkutan bis dan pabrik wajit Cililin tinggal di sini. Satu-satunya tempat kursus mengetik hanya ada di kampung Sumurbandung.
Persaingan kedua kampung memang unik untuk disimak. Kondisi ini menjadi pendorong dan memotivasi keduanya untuk tidak terkalahkan. Dalam bidang olah raga, sepak bola utamanya, hanya pertandingan dua kampung inilah yang paling menyedot animo penonton. Kedua pihak suporter pasti hingar bingar saling ejek dan saling maki. Pemain akan tampil ngotot, ekstra keras dan penuh trik yang mengundang tepukan.
Dalam bulan puasa, pertandingan adu mercon bumbung, biasa disebut lodong, tiada habisnya. Bunyinya memekakkan telinga. Adakalanya kaca-kaca jendela pada bergetar terkena getaran ‘bom’ karbit. Seusai tarwih bunyi meriam bambu itu akan saling timpal bersahutan.
Anehnya sehebat apapun persaingan itu terjadi tak pernah kedua kampung ini saling merusak apalagi saling menyakiti. Keduanya seperti sepakat, hati boleh panas tapi kepala tetap dingin. Persaingan Kauman versus Sumurbandung di masa kini tak masuk di akal bisa terwujud.
Cerita Sparta dan Athena sengaja saya tulis di depan. Dalam nuansa perseteruan abadi itu, entah siapa yang memulai, ada ide pemberian nama terhadap kesebelasan bola yang ada. Kesebelasan anak-anak Sumurbandung memilih nama Athena. Sedangkan anak Kauman menyandang sebutan
Bendera kesebelasan dibuat. Athena memakai dasar kuning dengan gambar obor merah dan tiga buah lingkaran olahraga.
Pimpinan kesebelasan Athena adalah Mang Cecep, pamanku. Ia pencetak gol yang disegani kiper-kiper lawan. Di deretan pasukan Kauman, putra mahkota pak Lurah Syahlun yaitu Kang Ucup sebagai panglima perangnya. Hati-hati dengan Kang Ucup si jago silat ini, ia pandai mematahkan tulang kering lawan.
Di Athena banyak pemikir dan banyak ide. Nama Athena, supaya lebih bermakna, kemudian sepakat diubah menjadi Atena, kependekan dari Angkatan Teruna Nasional. Pembinanya, kebetulan Dan Yon 327 Infanteri, setuju dengan nama yang lebih berbau nasionalisme ini.
Di Kauman tetap
Perayaan 17 Agustus adalah puncak acara persaingan. Dua kampung ‘polis’ ini mengeluarkan berbagai kekuatan utamanya. Dalam tarik tambang, lomba karung, dan panjat pinang. Dalam bidang olah raga populer adu gengsi terjadi lebih terasa.
Ramalan bapakku memang tepat. Atena dan
Konon khabarnya Athena dan Sparta di Yunani itu pernah terserang wabah penyakit. Banyak orang yang mati. Akan halnya
Sepak bola Cililin yang berintikan gabungan Sparta-Atena, pada masanya sangat disegani berbagai kesebelasan kecamatan-kecamatan di Kabupaten
Mang Cecep, pamanku, pernah mengejutkan dalam kejuaran bulutangkis di
Sebagian wilayah Sparta dan Atena, di negeri Cililin, terendam waduk Saguling bersama 30 desa lainnya dalam hamparan seluas 6.176 hektar berupa sawah ladang dan kampung halaman. Banyak penduduk yang pindah jauh ke kota-kota lain mencari penghidupan yang lebih baik. Bakat-bakat itu, baik yang pemikir maupun yang spartan, ikut pula termutasikan. Meski kini tidak atas nama Cililin lagi, tokh masih ada dan berkiprah di pertiwi
No comments:
Post a Comment