Monday, September 29, 2008

Aku, diriku, kisah 17, Babangi


Ada pabrik kerupuk di belakang rumah H. Mukmin. Pabrik ini berteknologi kuno. Atau supaya enak didengar, berteknologi tradisional. Perangkat yang digunakan, kayu, bambu, tali-tali ijuk. Logam yang digunakan itu berhubungan dengan masalah penggorengan, berupa wajan raksasa berikut seroknya, dan bagian perebusan berupa dandang ukuran jumbo.

Bahan bakar yang digunakan adalah kayu bakar. Minyak yang dipakai untuk menggoreng kerupuk adalah minyak goreng terbuat dari kopra buah kelapa. Lazim disebut minyak kelapa.

Bahan utama untuk membuat kerupuk adalah ‘aci sampeu’. Aci itu artinya tepung kanji, sampeu itu singkong atau ubi kayu. Campurannya, yang menjadikan kerupuk itu harum dan gurih, adalah terasi. Untuk keelokannya digunakan pewarna. Bahan kunyit alias kunir digunakan agar kerupuk berwarna kuning. Untuk warna hijau dibuat dari daun suji, sedang untuk warna merah dengan kasumba pemerah kue.

Cara membuatnya, kanji, dan terasi diberi air secukupnya. Diaduk dengan diberi pewarna maupun tidak. Kentalnya harus pas. Lalu dimasukkan kedalam tabung-tabung penampung. Tabung-tabung itu ditekan oleh engkol kayu panjang yang ujungnya dibebani berbagai ukuran batu besar. Adonan yang mendapat tekanan mencari celah-celah jalan keluar. Celah memang dibuat pada setiap tabung. Ada tiga lubang sebesar batang lidi, tempat keluar adonan. Buruh pembuat kerupuk menadah adonan yang jatuh ‘brojol’ seperti tali itu dengan sedikit digoyang-putar sehingga menjadi berbentuk bunga, bahan kerupuk mentah. Beberapa buah kerupuk mentah ini ditata di dalam niru yang terbuat dari anyaman bambu. Satu lempeng niru berbentuk persegi panjang ini bisa menampung lima puluh buah kerupuk mentah. Jika sudah siap, kerupuk mentah ini dikukus dalam pengukusan sampai kanji menjadi masak.

Kanji masak, sebutannya babangi, kalau sudah dingin, dibawa keluar untuk disimpan di penjemuran. Kalau hari panas penjemuran bisa memakan waktu tiga sampai lima hari.. Kalau musim hujan bisa lebih.

Babangi yang masih kenyal, kalau dimakan, rasanya enak kenyal-kenyil mirip permen karet. Meski rasanya agak asin tapi anak-anak doyan mengunyahnya. Tidak ada orang menjual babangi setengah kering, tapi anak-anak tokh bisa memperolehnya. Babangi yang dijemur dan terletak paling pinggir di ladang penjemuran menjadi sasaran operasi.

Dengan sedikit naik ke atas tembok pagar anak-anak bisa meraihnya meski harus susah payah untuk menjangkaunya. Anak-anak yang jangkung dan panjang tangannya bisa meraup lima atau enam babangi sekali ambil Tapi yang posturnya seperti aku, terlebih babangi yang di pinggir sudah didahului teman, hanya mampu gigit jari.

Untungnya solidaritas dan rasa setia kawan senantiasa dijunjung tinggi. Yang tidak memperoleh babangi akan diberi oleh yang babangi-nya paling banyak. Dengan adanya kesetiakawanan yang kondusif, rahasia pencurian babangi senantiasa di simpan di peti es. Seperti juga kasus korupsi, kami juga bisa menyembunyikan rahasia terbesar dalam berperi kehidupan anak kecil.

Meski rahasia sudah di-keep, tokh operasi tidak selalu berjalan mulus. Usep misalnya tertangkap tangan oleh pemilik pabrik kerupuk yang rupanya mulai kesal atas ulah anak-anak yang menjadi hama kerupuk.

Ia dinasehati lebih dari satu jam oleh pemilik pabrik. Meski Usep hampir nangis dia berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Ia pun menyatakan rasa penyesalannya. Hasilnya Usep dibekali kerupuk mateng yang sudah digoreng, masih hangat lagi, barang sepuluh buah.

Sejak kejadian itu kami menghentikan operasi. Komandan menangguhkannya sampai batas waktu yang belum ditentukan. Semuanya menunggu perkembangan lebih lanjut. Lagi pula minggu ini sudah mulai musim mangga. Operasi dengan sandi Babangi akan dialihkan ke medan lain, operasi mangga muda di kebun wak Haji Pelit.


No comments: